Selasa, 04 Oktober 2016

Dialog Pikiran bersama Sahabatnya

“Mereka yang tidak mengharapkan kehidupan lain sebenarnya sudah mati dalam kehidupan yang ini” ~ Goethe.

Sedari pagi sembari beriklan, sembari ngitungin untung penjualan, sembari gendong-gendongan sama istri,…hihihi… meski tidak runut bacanya, judul “Mengungkap Misteri Hidup dan Mati”-nya Daisaku Ikeda sangat menggodaku untuk terus berlama-lama ngintip lembar demi lembar. Dan, sebuah quote dari Goethe menghentikanku untuk membaca dan mulai menuliskan “unek-unek”.

“Mereka yang tidak mengharapkan kehidupan lain sebenarnya sudah mati dalam kehidupan yang ini”

Apa sebenarnya yang ada di dalam ruang pikiran seorang Goethe sehingga membuat suatu wacana demikian?

Jelas, hanya Goethe yang tahu persis apa yang ingin ia sampaikan. Tapi, bagiku bagian ini amat sangat menarik. “Tidak mengharapkan kehidupan lain”.

Saat sedang bercengkerama dengan pasukan buku yang siap saya iklankan, inilah kehidupan yang ada. Tidak ada kehidupan lain selain daripadanya. Tidak mengharapkan aktivitas lain selain daripadanya. Sampai pada saatnya ‘kelar’. Kapan kelar? Kapanpun itu terjadi, itulah saatnya.

Saat sedang bercengkerama dengan pasukan buku pula, muncul banyak lintasan-lintasan pikiran. “Wah, seandainya ada buku tentang “X” pasti tambah laris toko onlineku. Hmmm,.. kayaknya lebih keren jika ada buku judul “O”, banyak banget yang nanyain!”. Sejenak cengkeramaku tercuri oleh sekian banyak pikiran yang saling berdialog. Wait, tunggu … apakah benar ter’curi’?

Aku menerima segala yang hadir sebagai sebuah anugerah. Termasuk kelebat-kelebat pikiranku sendiri. Mereka ada. Tidak perlu aku menghindarinya. Dan, akan selalu ada selama nafas masih mengisi ruang badan ini.

Cengkeramaku denganmu, wahai buku-buku yang kusayangi, demikian pun semua ‘diriku’ yang ada di pikiranku. Kalian ada. Kalian juga bagian kehidupanku saat ini. Silakan hadir. Silakan menempati ruang kehadiran yang kalian pilih. Dan, Aku menerimamu sebagaimana adanya dirimu.

Tidak,.. tidak demikian wahai pikiranku. Kamu bukan racun. Kamu juga bukan madu. Kamu adalah dirimu. Kamu adalah ‘ide’ yang bernyawa. Kamu juga bukan musuhku. Demikian-pun, bukan sahabat atau guru yang harus aku ikuti. Kamu punya kehidupan sendiri. Berekspresilah,…aku menikmatinya!

Mungkin, saat semua 'pikiran'ku terus kuikuti segala dialognya, bak angkasa tiada bertepi, halaman ini tiada pernah cukup menampungnya.

Ya, … pikiran berdialog dengan pikiran dalam ruang tulisan, Aku juga menerimamu dengan penuh cinta. Terimakasih telah mengisi satu lembar halaman ini. :*



~ Eko Waluyo ~

SHARE THIS

Author:

Facebook Comment

0 komentar: